Sunday, August 14, 2022

Dua Hal yang Kami Jaga: Berkata Kasar dan Sikap Tak Sopan


Di depan rumah saya terdapat kantor RW, tempat yang asyik untuk ngobrol-ngobrol para bapak-bapak, tempat posyandu para ibu-ibu, dan tempat nongkrong serta mabar (main bareng game online) bagi anak-anak. Letaknya yang di samping masjid menjadikan kantor RW semacam pusat dari kegiatan di lingkungan saya. Plusnya di depan rumah jadi aman dan ramai karena di kantor tersebut menjadi pangkalan bagi tenaga keamanan yang standby menjaga lingkungan, sehingga seakan menjadi penjaga rumah kami juga hehe. Namun negatifnya ada pada saat anak-anak nongkrong. Bisa dipastikan, mayoritas anak-anak tersebut ngobrol dan bercanda-canda serta komunikasi selama mabar bukan dengan bahasa-bahasa baku, atau bahasa halus selayaknya antara anak kepada orangtua atau gurunya. Mereka menggunakan bahasa-bahasa kasar yang menjadi menu ucapan mereka sehari-hari. 

Sebut saja rupa-rupa ungkapan kasar yang bisa ditemui sehari-hari, hampir pasti ada di kantor RW tersebut. Kami tentu tidak bisa menyalahkan karena tidak bisa bertindak secara langsung, mungkin paling jauh ketika ada Ibu saya mendengar langsung maka akan langsung dihardik. Maklum beliau guru BP di sekolahnya, jadi nalurinya sudah otomatis terbentuk menemukan anak-anak macam tak tahu sekolah mulutnya.

Nah, di sinilah salah satu faktor paling berat menurut saya terhadap pengasuhan anak kami. Bayangkan ketika asik bermain balon di ruang tamu, tiba-tiba terdengar dengan keras kata-kata "hewan najis berkaki empat". Atau dasar "tidak pintar". Hingga membentak-bentak antar mereka, yang mungkin saja tarafnya sudah nyaris baku hantam. Saya yakin ketika anak-anak tersebut mengucap kata-kata itu, anak saya mendengar. Mending kalau hanya sekedar mendengar, kalau mencerna dan disimpan di memorinya? Suatu saat kata tersebut bisa saja muncul tanpa tedeng aling-aling. Contohnya ketika tak ada angin dan hujan anak saya menjawab ucapan ibunya dengan kata-kata "hewan najis berkaki empat yang suka di kubangan". Langsung naik lah emosi kami saat mendengarnya. Dari mana anak ini dengar? Padahal tontonan dia kami sangat jaga, bahkan kata-kata "anjing" di film kartun telah kami selalu sounding untuk menyebutnya dengan kata-kata "bingo", salah satu karakter di film kartun yang kadang dia tonton.

Begitu pula dengan sikap tak sopan yang berusaha dijaga, di mana paling penting adalah dengan mencontohkan sikap yang lembut dan baik hati secara langsung. Ucapan maaf, terimakasih, tolong sudah kami biasakan sejak dia masih bayi hingga sekarang. Nada bicara selalu kami arahkan untuk jangan tinggi-tinggi, emosi kami redam dengan menyuruh dia istigfar sambil mengurut dada. Memang satu dua kali dia lepas kontrol, tetapi setelah itu kami biasanya langsung berbicara dengan dia dengan memegang tangannya. Kemudian berakhir dengan saling bermaafan dan berpelukan.

Dua hal ini yang saya rasa bisa kami lihat hasilnya, terutama bila melihat tingkah dia dengan anak-anak lain. Bukan membangga-banggakan anak kami, hanya sekedar untuk melihat bagaimana anak lain bersikap dan bersosialisasi, untuk kemudian kami jadikan catatan untuk ke depannya demi masa depan anak saya yang lebih baik.

Demikian.

Thursday, August 11, 2022

Nida Melalui PAUD Dua Minggu Lebih



Sudah dua minggu lebih Nida mengikuti sekolah PAUD. Masuk jam 9 pagi sudah beranjak menjadi rutinitas yang mana memang itu menjadi target kami sebagai orangtua mengikutkan dia ke sekolah berbasis quran tersebut (karena namanya PAUDQ, alfabet Q terakhir berarti Quran).

Berbagai aktivitas Nida lakoni, mulai dari bermain bersama teman-temannya (seperti brick/lego-legoan, dan donat susun), mewarnai, hafalan surat pendek, membaca huruf hijaiyah, sampai dengan aktivitas favoritnya yaitu olahraga (berbentuk lempar basket ke dalam ring) dan menyanyi. Sampai saat ini sudah ada beberapa lagu yang dia hafalkan, satu hal yang sangat saya syukuri karena paling tidak ada lagu-lagu anak-anak Islami yang dia lantunkan selain lagu-lagu dari kartun Baby Bus.

Meskipun terkesan monoton karena dari minggu ke minggu sepertinya aktivitas sama, paling tidak Nida bisa beraktivitas bersama-sama dengan teman-temannya, dengan pengawasan yang minimal dari orangtua. Artinya Nida sudah bisa ditinggal selama kegiatan PAUD berlangsung, dan dijemput ketika jelang kelas usai. Menurut saya ini penting karena tidak selamanya kita sebagai orangtua bisa mengawasi dia, terlebih saat ini dia masih menjadi anak tunggal. Kami harus mempersiapkan kemandirian dia sebagai kakak, karena kelak (mudah-mudahana) akan segera launching adik-adiknya Nida. Selain itu ada beberapa sikap positif yang dia bawa dari PAUD, yakni teladan yang dicontoh dari guru-gurunya. Misalkan tentang kesopanan, kepatuhan, dan disiplin. Bila sifat kerasnya muncul, maka kami akan mengingatkan Nida tentang nasihat untuk bersifat lembut agar memiliki banyak teman.

Mudah-mudahan progres positif ini terus berlangsung, sehingga kami sebagai orangtua bisa bersinergi dengan gurunya dalam mendidik Nida, tentu dengan nilai-nilai keislaman. Semoga.

Thursday, July 28, 2022

Beranjak 4 Tahun, Ilmu Parenting yang Begitu-begitu Saja, dan Orang Ketiga


Tanggal 25 Juli 2022 kemarin Nida berulang tahun keempat. Semakin lucu, cerdas, banyak tingkah (positif), dan menurut saya perlu untuk disikapi dengan tepat.

Contoh kecil, ketika dia sedang bersandiwara menjadi seorang pemadam kebakaran (karena sedang senang menonton serial kartun Baby Bus episode pemadam kebakaran). Saya harus bisa mengimbangi dengan memanggil dia Nida Pemadam, dan seakan-akan menganggap dia seorang pemadam yang handal, kemudian berpura-pura terdapat satu kebakaran di suatu tempat tertentu lalu meminta bantuan Nida Pemadam.

Berbagai kelucuan, kebahagiaan, kekesalan (saat dia ngambek), sampai kepada kekhawatiran mengenai pola asuh saya sebagai bapak menjadikan diri ini seakan memerlukan tambahan asupan ilmu parenting yang baik dan harus makin berkembang. Di satu sisi, saya merasa perlu mendapatkan ilmu-ilmu baru, tapi di sisi lain ada pemikiran saya yang menganggap bahwa di usia inilah diperlukan satu bimbingan lain dari pihak eksternal agar Nida makin bisa berkembang, terutama dalam hal interaksi dengan orang lain. Sejak kecil dia sudah dibiasakan untuk hal-hal yang baik, seperti shalat, berdoa dalam tiap kesempatan, menggunakan tiga kata sakti (maaf, terimakasih, tolong), membatasi tontonan dan gadget, serta perilaku lain yang alhamdulillah mendapat dukungan dari video-video yang kami memang filter khusus untuk dia seperti tayangan Riko the Series, Nussa Rara, hingga kartun buatan barat seperti Baby Bus, Cocomelon, dll yang mengajarkan adab-adab dalam berperilaku. Nah di usia 4 tahun inilah menurut saya cocok untuk mulai menunjukkan eksistensinya pada dunia di sekitar.

Oleh karena itu, berdasarkan kesepakatan dengan ibunya, saya berkeputusan untuk melibatkan "orang ketiga" dalam pengasuhan Nida. Dengan kata lain, dia saya masukkan ke PAUD dekat rumah, yang telah melalui beberapa seleksi sederhana seperti dekat dari tempat tinggal, mengajarkan tentang keislaman, dan mengenal staf-staf pengajarnya. Bahkan istri saya sempat observasi dengan mengajak Nida langsung untuk mencoba bersekolah di dua tempat berbeda. Menariknya, setelah observasi tersebut kami menanyakan langsung kepada Nida tentang pilihannya untuk bersekolah di mana dan mendapat jawaban sama dengan Ibunya. Jadilah akhirnya Nida bersekolah PAUD, yang memecahkan sedikit masalah mengenai kekhawatiran saya dalam pendidikan Nida yang semakin beranjak besar dan pintar.

Nida anakku, jadilah anak shalihah dan berbakti, meski dengan berbagai kekurangan kami sebagai orangtuamu. Bertumbuh besarlah dengan bahagia, hadapi dunia bersama kami yang insyaAllah sekuat tenaga akan mendukungmu. Semoga Allah SWT memberkahi dan memberikan kelancaran. Amin.

Friday, September 24, 2021

Nida dan Sepeda (1): Reaksi Ekspresif Balita Terhadap Tontonannya


Anak balita bagi saya merupakan sebuah kertas yang mudah sekali digambar, dibentuk, diarahkan, sampai yang ekstrim mungkin diremas sampai kusut dan dirobek-robek. Dan bentuk akhirnya berupa bertambahnya usia, maksudnya bila kita gambar, bentuk, dan arahkan dengan baik maka dia akan menjadi sesosok anak yang santun dan taat orangtua. Namun bila dia diremas dengan emosi dan senantiasa diberikan asupan perkataan yang tidak baik maka akan menjadi anak yang separah-parahnya adalah anak durhaka.

Pembentukan anak balita selain ditentukan oleh diri kita pribadi juga sangat erat kaitannya dengan faktor eksternal seperti lingkungan bermain, bacaan, dan juga tontonan yang bila tidak kita filter ketat maka bisa jadi kita akan dibuat menyesal nantinya. Contoh mudah tontonan, melalui media gadget pada aplikasi Youtube. Beragam channel dengan acara-acaranya membuat saya dan istri sangat selektif memilih tontonan, dan satu di antaranya yang lulus sensor pribadi kami adalah Riko the Series. Pembahasan detail mengenai pemilihan tontonan dibahas di bagian lain entah kapan ya wkwk, tapi di sini saya ingin menyoroti betapa salah satu episode pada Riko the Series sangat membekas di ingatannya. Bahkan dialognya dihafal nyaris 100% dan senantiasa diulang-ulang. Alkisah pada episode yang berjudul Pantang Menyerah tersebut Riko sang tokoh utama mendapatkan sepeda sebagai hadiah dari rajinnya dia hafalan Qur'an. Dan dengan semangat pantang menyerah akhirnya Riko bisa "menaklukkan" sepeda dengan bantuan Kak Wulan (sang kakak) dan ayahnya.

Ada beberapa adegan yang "nyangkut" di kepala Nida mengenai episode tersebut, beberapa di antaranya:

- Riko bertanya kepada Kio mengenai "Papan Judul" dan menyuruh Ayahnya untuk membaca judul yang tertera, yaitu: Pantang Menyerah".

- Riko berpura-pura menaiki sepeda dan berkeliling ruang tamu dengan menggunakan stik (atau ranting pohon?) dan memakai helm. Anak saya berimprovisasi menirukannya dengan menggunakan gilingan kue (rolling pin) sebagai sepeda dan toples bekas sereal coklat Simba sebagai helmnya. Bisa dibayangkan lucunya :D


- Riko terjatuh saat belajar naik sepeda. Nida ikut-ikutan dengan cara tiba-tiba terjatuh di mana saja sambil teriak "Aduh!". Di lantai, di dapur, di kasur. Untung kita sudah terbiasa, kalau tidak maka akan berkali-kali terkaget-kaget dengan aktingnya.

Tidak hanya adegan, dialognya pun dengan fasih dan detail dilafalkan dengan baik dan tetiba suka diucapkan begitu saja pada berbagai kesempatan, bahkan saat baru bangun tidur! :D

Melihat reaksi ekspresif, dan juga konsistensi dia, dalam menirukan adegan pada episode tersebut membuat hati kecil saya tersentuh dan membayangkan betapa bahagianya bila kami benar-benar mewujudkan khayalannya tersebut menjadi sebuah sepeda asli. Tentu sebenarnya tujuan utama adalah melatih gerak motorik anak, tapi antusiasme Nida terhadap berbagai hal yang positif adalah hal yang patut didukung sepanjang kami mampu.

Pelajaran yang bisa saya petik pada tulisan ini adalah, ternyata bisa sepenting itu arti sebuah tontonan pada seorang anak balita. Dengan kemampuan menyerapnya yang luar biasa, sebuah tontonan bisa dengan mudahnya menjadi sebuah tuntunan tanpa ada filter sama sekali. Dan menjadi PR besar, dan terus menerus bagi kami orangtuanya, untuk senantiasa menghadirkan tontonan untuknya yang harapannya bisa bermanfaat sampai dia besar kelak.

Next di tulisan berikutnya yah tentang bagaimana kami akhirnya membeli sepeda untuk Nida dan saya "dipuaskan" oleh pemilik usaha offline yang go online.

Tuesday, November 19, 2019

Selamat Tinggal KA Kalijaga, dari Subsidi Menjadi Komersil!

KA Kalijaga (tangkapan layar video adik saya :D)

Saya menulis catatan ini sudah agak telat karena sudah melakukan perjalanan menggunakan Kereta Kalijaga ke Semarang dari Solo pada tanggal 9 November 2019 dan langsung kembali ke Solo pada 10 November 2019. Di sini saya ingin membagikan pengalaman menyenangkan saya menggunakan moda transportasi murah meriah seharga Rp 10ribu ini, dan catatan tentang kekecewaan saya karena pada Desember 2019 KA ini akan dihapus :(.

Moda transportasi kereta api banyak dipilih oleh masyarakat karena selain cenderung tepat waktu dan bebas hambatan, juga harganya yang murah (khusus KA subsidi) dibanding dengan moda transportasi lain (seperti bis). Contohnya KA Kalijaga, sebuah rangkaian kereta dengan rute Stasiun Solo Balapan - Salem - Kedungjati - Brumbung - Semarang Tawang - Semarang Poncol. Melihat jalurnya, seharusnya kereta ini menjadi andalan bagi sebagian commuter Solo-Semarang karena jadwalnya yang lumayan enak (jam 5.20 dari Solo) dan jam 09.10 dari Semarang Tawang. Ya memang bagi orang yang bekerja sepertinya agak sulit ya karena jalurnya bukan melalui jalur industri/perkantoran, tapi bagi keluarga/pelajar/wisatawan tentu sangat nyaman dengan jadwal yang tersedia. Pun bagi wisatawan, dari arah Solo bila sampai Semarang bisa melancong berburu kuliner dan jalan tipis-tipis ke destinasi sekitar Semarang Tawang sebelum cek in di hotel pada siang hari, atau bertransportasi bus Trans Jateng yang haltenya tersedia di depan stasiun. Dari arah Semarang ke Solo pun masih sangat bisa cek in di hotel/penginapan tepat waktu karena KA Kalijaga tiba di Solo Balapan pada pukul 11.44.

Tangkapan layar aplikasi KAI Access untuk KA Kalijaga
KA Kalijaga saya beli tiketnya melalui aplikasi KAI Access dan menggunakan saldo dari LinkAja, sebuah dompet digital ala BUMN sehingga kerjasama dengan KAI disebut sebagai sinergi, yang sayangnya (sesuai berbagai komentar di grup-grup perkereta-apian) membuat pengguna kereta api mengalami kesulitan terutama bagi kalangan non-anak muda. Bagaimana tidak, untuk bisa menggunakan LinkAja kita harus download aplikasi, registrasi dengan nomer HP, dan isi saldo melalui berbagai channel yang tersedia. Setelah itu install aplikasi KAI Access, registrasi, baru bisa memesan online. Sebenarnya bisa sangat memudahkan jika KAI Access menyediakan opsi pembayaran dompet digital lain yang lebih populer dan lebih banyak penggunanya seperti Dana, Gopay, atau OVO Cash. Tapi yaaa..mungkin karena sinergi antar BUMN itu tadi, tapi kurang bersinergi dengan masyarakat penggunanya :/.

Nah, review sedikit ketika menaiki KA ini. Sampai di stasiun hanya tersisa 10 menit, saya menuju mesin cetak tiket. Berkali-kali scan barcode tapi tidak bisa tercetak. Bingung dan panik, begitu pula dua orang di samping saya yang juga bernasib sama. Usut punya usut, ternyata oh ternyata untuk kereta api lokal tidak perlu cetak tiket, hanya menunjukkan barcode di hape berikut kartu identitas kita kepada petugas penunggu pintu masuk peron. Begitu memasuki kereta, walaupun susunannya 3-2 tapi masih cukup nyaman untuk perjalanan selama dua jam tiga puluh menit lebih. AC mantul, dilengkapi kantong kresek tempat sampah, colokan charger dua, bagasi barang banyak, dan urusan perut teratasi dengan mondar-mandirnya pramugara-pramugari kereta menawarkan makan, minum, dan snack. Toiletnya pun cukup bersih, air, tisu, dan tempat sampah tersedia, buang hajat pun tidak menjadi masalah di kereta. Ketika saya melakukan perjalanan bersama keluarga kecil, saya lihat banyak penumpang yang membawa keluarga, dan dapat diartikan bila rangkaian tersebut ramah keluarga.

Namun kebahagiaan saya menemukan moda transportasi unggulan untuk ke Semarang menjadi terhenti saat membaca status Whatsapp adik saya, yang mengabarkan kalau KA Kalijaga akan dihentikan operasionalnya di bulan Desember. What? Dan, setelah jelajah sana-sini, pihak KAI menyarankan untuk menaiki KA Joglosemar yang setelah saya cek harganya...membuat menelan ludah. Ludah saya sendiri tentunya. Check this out:

Tarif KA Joglosemarkerto
(sumber: https://joglosemarnews.com/2018/11/ini-jadwal-dan-tarif-resmi-ka-joglosemarkerto-beroperasi-mulai-1-desember-2018/)
Berbeda tarif 40.000 rupiah per orang bung! Kalau berdua beda 80rb, bertiga 120rb! Akhirnya, rakyat kecil lagi yang jadi korban. Mungkin matematika penggede-penggede di atas menemukan data bahwa KA Kalijaga harus disuntik mati, subsidi diganti komersil yang lebih menghasilkan. Namanya BUMN haruslah menangguk untung, wajar. Hanya saja, saya cuma bisa berharap saat ini muncul pahlawan bernama bis yang menggunakan tol langsung dari Solo ke Semarang sehingga waktu tempuh terpangkas, karena sampai dengan beberapa minggu yang lalu saya bertanya kepada teman tentang bis tersebut, dan belum ada bis yang langsung tol dari Solo-Semarang. Artinya, perjalanan dengan bis akan menempuh waktu kurang lebih 3 sampai 4 jam.

Ya sudahlah...demikian saja curhat saya.

Sunday, November 17, 2019

Mengikuti Seminar Nasional Ilmu Sosial dan Politik FISIP UNS


Tanggal 16 November 2019 saya berkesempatan ikut kegiatan Seminar Nasional Ilmu Sosial dan Politik berjudul Media Baru & Wajah Masyarakat Pasca Revolusi Industri 4.0 bertempat di Sahid Jaya Hotel, Surakarta dengan keynote speaker Dirjen Informasi Komunikasi Publik Kemenkominfo Prof. Dr. Widodo Muktiyo dan narasumber Dr. Rulli Nasrullah, M.Si (Dosen Prodi S2 Komunikasi dan Penyiaran UIN Syarif Hidayatullah), Aris Arif Mundayat, Ph.D (Dosen Prodi S2 Sosiologi UNS), dan Rino Ardhian N, S.Sos.,M.T.I.,Ph.D (Dosen Prodi S2 Administrasi Publik UNS). Materinya menarik yaitu mengenai Media Baru & Wajah Masyarakat Pasca Revolusi Industri 4.0 (iyalahh sesuai judul seminar wkwk). Tetapi menurut saya, magnet penariknya bukan dari judul, tapi mengenai bagaimana sebuah seminar nasional secara akademik digelar, karena nantinya akan berpengaruh langsung terhadap proses studi saya.

Sebagai catatan, di UNS tempat saya menuntut ilmu, syarat untuk bisa lulus program S2 adalah harus bisa menyelesaikan tesis, plus menerbitkan jurnal (walau tidak tertulis harus derajatnya seperti apa tapi paling tidak berkelas Sinta 2), plus menerbitkan artikel prosiding seminar, plus tambahan bagi awardee beasiswa Kominfo yaitu menerbitkan jurnal internal Kemenkominfo. Nah prosiding inilah yang masih menjadi misteri saat saya mendaftar seminar dengan tarif 150rb dan fasilitas materi, makan siang dan coffee break, seminar kit, dan sertifikat itu.

Bagaimana cara menyumbang artikel di prosiding sepertinya sudah mengerti prosesnya (karena tinggal mensubmit artikel dan koordinasi dengan panitia). Pertanyaan selanjutnya, bagaimana jika sudah diterima dan akan diterbitkan ke dalam prosiding? Di tanggal 16 November 2019 itu saya dan beberapa teman seangkatan mendapat jawabannya. Jadi, setelah karya kita dijadikan satu dengan karya peserta lain dalam satu buku prosiding, maka setelah seminar berlangsung (setelah makan siang) akan diadakan sesi paralel. Sesi ini terbagi ke dalam beberapa ruangan, sesuai dengan jumlah peserta yang mensubmit artikelnya. Kalau tidak salah kemarin ada 25 artikel yang dibagi ke dalam 3 ruangan. Di ruangan ini, masing-masing peserta mempresentasikan artikelnya dan melakukan tanya jawab di kelas tersebut. Setelah sesi paralel selesai, semua peserta berkumpul untuk diumumkan tentang best presenter dan best paper.

Saya dan teman-teman S2 Ilkom UNS angkatan 2019 :D

Sejujurnya, melihat beberapa artikel pada dokumen prosiding saya optimis untuk bisa memenuhi syarat kelulusan khusus menerbitkan artikel prosiding ini karena sejak awal kami (mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi UNS) seperti sudah dikondisikan untuk membuat berbagai macam karya ilmiah, tergantung mata kuliah yang kami ambil. Manajemen Humas, Komunikasi Organisasi, Metode Penelitian Kualitatif, Metode Penelitian Kuantitatif, dan Teori dan Perspektif Komunikasi adalah mata kuliah kami pada semester I dan  kami telah ditempa untuk membuat paper/artikel sesuai dengan tugas masing-masing dosen. Sepertinya di seminar berikutnya saya akan mencoba tes ombak untuk ikut menyumbang artikel prosiding, dengan menggunakan metode yang mudah dulu saja, dan berpartner dengan teman lain biar tidak pusing sendirian :D.

Mudah-mudahan kami diberikan kelancaran, dan tentu keberkahan dalam proses menuntut ilmu ini. Amiiin.

Oya, berikut link dokumen prosiding dan materi paparan narasumbernya:

Prosiding Seminar:
https://drive.google.com/file/d/1IPj19-sve0-fF9mxeGzPZb4NIdyCLrcl/view

Materi Seminar:
https://drive.google.com/drive/folders/1Yz2VfYhXlTp7v5AxHm5jWWrkw7LWYscD

Wednesday, November 13, 2019

Selamat untuk Animasi Nopal 5 Juta Subscriber!


Susurepris! Luar biasa, animasi absurd dengan karakter dan pengisi suara yang ajaib ini mencapai jumlah subscriber yang susurepris alias surprise alias mengejutkan, 5 juta akun Youtube! Konten original semacam Animasi Nopal ini tentu menjadi angin segar setelah Calon Sarjana dengan konten-konten yang membuat miris (karena tinggal translate, potong sana sini, tambahkan voice Indonesia, dan capture thumbnail orang lain lantas diupload) mencuat dengan kasus versus Youtuber luar negeri dan menyadarkan kita akan sulitnya membuat konten Youtube yang bukan cuma bermanfaat, tapi juga berciri khas dan ori bukan kaleng-kaleng. Kekocakan Si Nopal, Cute Girl, ayah, ibu, dan karakter-karakter lain dipadu dengan racikan cerita Naufal Faridurrazak dan adiknya membuat kesegaran animasi ini sangat ditunggu-tunggu tiap episodenya oleh penggemar.

Perkenalan saya dengan Animasi Nopal memang cukup telat, karena konon katanya mereka sebelumnya sudah manggung di Instagram dengan komik strip dan animasi pendeknya, dan kemudian melebarkan sayap ke Youtube. Tak dinyana tak diduga, animasi ini mendapat sambutan gegap gempita bahkan sampai ke negeri jiran. Melihat berbagai komen netizen di video berjudul "Kartun Lucu - Lagu Libur Sekolah!!!", bahkan menjadikan lagu tersebut menjadi semacam lagu wajib bagi para anak pra-kerja saat menyambut libur. Libur libur libur mantap jiwaaa... Dan ujung-ujungnya 25 juta viewer!

Bagi saya, salah satu episode terlucu Animasi Nopal yaitu Keluarga Si Nopal Jadi Superhero Indonesia (Animasi Spesial), karena selain durasinya cukup lama, namun sangat segar dengan plesetan perwujudan superhero aseli Indonesia yaitu Gundala, Aquanus, Si Buta dari Goa Hantu, Dewi Api.

Semoga dengan suksesnya Animasi Nopal membuat konten kreator (YANG ORIGINAL bukan YANG JIPLAK dong) tumbuh subur, dan mengisi kekosongan (hati) para Youtuber yang jenuh dengan sajian konten ala Rans Entertainment, Halilintar dkk, gamer, dan (bagi sebagian orang) konten reliji.

Demikian!