Anak balita bagi saya merupakan sebuah kertas yang mudah sekali digambar, dibentuk, diarahkan, sampai yang ekstrim mungkin diremas sampai kusut dan dirobek-robek. Dan bentuk akhirnya berupa bertambahnya usia, maksudnya bila kita gambar, bentuk, dan arahkan dengan baik maka dia akan menjadi sesosok anak yang santun dan taat orangtua. Namun bila dia diremas dengan emosi dan senantiasa diberikan asupan perkataan yang tidak baik maka akan menjadi anak yang separah-parahnya adalah anak durhaka.
Pembentukan anak balita selain ditentukan oleh diri kita pribadi juga sangat erat kaitannya dengan faktor eksternal seperti lingkungan bermain, bacaan, dan juga tontonan yang bila tidak kita filter ketat maka bisa jadi kita akan dibuat menyesal nantinya. Contoh mudah tontonan, melalui media gadget pada aplikasi Youtube. Beragam channel dengan acara-acaranya membuat saya dan istri sangat selektif memilih tontonan, dan satu di antaranya yang lulus sensor pribadi kami adalah Riko the Series. Pembahasan detail mengenai pemilihan tontonan dibahas di bagian lain entah kapan ya wkwk, tapi di sini saya ingin menyoroti betapa salah satu episode pada Riko the Series sangat membekas di ingatannya. Bahkan dialognya dihafal nyaris 100% dan senantiasa diulang-ulang. Alkisah pada episode yang berjudul Pantang Menyerah tersebut Riko sang tokoh utama mendapatkan sepeda sebagai hadiah dari rajinnya dia hafalan Qur'an. Dan dengan semangat pantang menyerah akhirnya Riko bisa "menaklukkan" sepeda dengan bantuan Kak Wulan (sang kakak) dan ayahnya.
Ada beberapa adegan yang "nyangkut" di kepala Nida mengenai episode tersebut, beberapa di antaranya:
- Riko bertanya kepada Kio mengenai "Papan Judul" dan menyuruh Ayahnya untuk membaca judul yang tertera, yaitu: Pantang Menyerah".
- Riko berpura-pura menaiki sepeda dan berkeliling ruang tamu dengan menggunakan stik (atau ranting pohon?) dan memakai helm. Anak saya berimprovisasi menirukannya dengan menggunakan gilingan kue (rolling pin) sebagai sepeda dan toples bekas sereal coklat Simba sebagai helmnya. Bisa dibayangkan lucunya :D
- Riko terjatuh saat belajar naik sepeda. Nida ikut-ikutan dengan cara tiba-tiba terjatuh di mana saja sambil teriak "Aduh!". Di lantai, di dapur, di kasur. Untung kita sudah terbiasa, kalau tidak maka akan berkali-kali terkaget-kaget dengan aktingnya.
Tidak hanya adegan, dialognya pun dengan fasih dan detail dilafalkan dengan baik dan tetiba suka diucapkan begitu saja pada berbagai kesempatan, bahkan saat baru bangun tidur! :D
Melihat reaksi ekspresif, dan juga konsistensi dia, dalam menirukan adegan pada episode tersebut membuat hati kecil saya tersentuh dan membayangkan betapa bahagianya bila kami benar-benar mewujudkan khayalannya tersebut menjadi sebuah sepeda asli. Tentu sebenarnya tujuan utama adalah melatih gerak motorik anak, tapi antusiasme Nida terhadap berbagai hal yang positif adalah hal yang patut didukung sepanjang kami mampu.
Pelajaran yang bisa saya petik pada tulisan ini adalah, ternyata bisa sepenting itu arti sebuah tontonan pada seorang anak balita. Dengan kemampuan menyerapnya yang luar biasa, sebuah tontonan bisa dengan mudahnya menjadi sebuah tuntunan tanpa ada filter sama sekali. Dan menjadi PR besar, dan terus menerus bagi kami orangtuanya, untuk senantiasa menghadirkan tontonan untuknya yang harapannya bisa bermanfaat sampai dia besar kelak.
Next di tulisan berikutnya yah tentang bagaimana kami akhirnya membeli sepeda untuk Nida dan saya "dipuaskan" oleh pemilik usaha offline yang go online.